Aspek Spiritual dalam Kesehatan

Sejak tahun 1994, WHO secara resmi memasukkan aspek spiritual sebagai salah satu komponen dalam upaya memperoleh kesehatan.  Konsep holistik kesehatan kini terdiri dari empat unsur yaitu biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. “

Kesehatan yang optimal dapat tercapai jika terdapat keseimbangan kesehatan fisik, emosi, social, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkaitan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat  lebih mendukung dalam dalam membuat keputusan yang sehat.

Terkait dengan itu, pemanfaatan agama telah digunakan dalam terapi di dunia kedokteran. Namun pada umumnya hanya di lakukan oleh petugas nonmedis yang tidak dibekali pemahaman tentang kedokteran dan keterampilan sebagai terapis. Sayangnya, bahkan sebagai masyarakat masih memandang sebelah mata atau negatif peran agama terhadap kesehatan jiwa.  Peran agama terhadap kesehatan jiwa diperkirakan masih menimbulkan kontroversi.  Untuk itu, perlu diungkapkan aspek agama dalam ruang lingkup kesehatan jiwa agar dapat dimanfaatkan sebagai salah satu modalitas terapi psikiatri secara optimal.

Perkembangan Pemahaman

Agama awalnya dianggap sebagai hal  negatif  dalam kesehatan jiwa. Hingga pertengahan abad 20, para tokoh kesehatan jiwa yang banyak beraliran atheis seperti Sigmund Freud turut mempengaruhi anggapan tersebut.  Albert  Ellis  misalnya menganggap bahwa pemikiran orang beragama adalah pemikiran yang tidak masuk akal dan gangguan emosi ( Irrational thinking  and  emotional disturbance ).

Pada pertengahan abad ke 20 perkembangan bergeser kepada era  fisikalistrik, yang menganggap bahwa semua semua sebab penyakit adalah akibat dari ketidakseimbangan fisik dan biologis,  sehingga upaya penyembuha gangguan jiwa difokuskan dengan cara fisik-biologis pula.  Pada fase ini perkembangan pengobatan jiwa maju pesat dan juga dalam hal terapi kejang listrik.  Namun demikian, kemajuan tersebut tidak dapat menyembuhkan semua diagnosis  gangguan jiwa.  Oleh karena itu upaya-upaya untuk meningkatkan hasil terapi gangguan jiwa terus dilakukan penyempurnaannya.

Barulah pada awal tahun 1980-an aspek budaya, spiritual, dan keagamaan mulai mendapat perhatian dalam kedokteran jiwa.  Dan sejak tahun 1994, WHO secara resmi memasukkan aspek spiritual sebagai salah satu komponen dalam upaya memperoleh kesehatan.  Konsep holistik kesehatan kini terdiri dari empat unsur yaitu biolagis, psikologis, sosial, dan spiritual.

Aspek spiritual yang mempengaruhi kesehatan jiwa dapat termasuk di dalamnya aspek agama. Mengutip hasil sebuah penelitian,orang yang mengaku beragama dan memiliki konsekuensi tinggi, maka akan memiliki keterikatan pikiran dan emosi dengan keyakinan atau agama beserta aturan-aturan yang ada di dalamnya. Agama mempunyai makna yang penting bagi manusia karena keimanan dapat berfungsi sebagai penghibur dikala suka serta sumber kekuatan batin saat manusia menghadapi kesulitan.

Agama dan unsur kesehatan

Antara agama dan unsur psikologis dalam kesehatan memiliki kaitan yang erat. Orang yang merasa dirinya dekat dengan Tuhan akan timbul rasa tenang dan aman ,yang merupakan salah satu ciri sehat mental.
Sedangkan kaitan agama dengan perilaku sosial adalah kegiatan ibadah atau sosial yang umumnya di lakukan bersama-sama oleh penganut  agama.  Hasil penelitian mendapatkan bahwa pada orang-orang yang  komitmen agamanya tinggi maka ketaatan terhadap norma sosialnya juga tinggi.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara kesehatan jiwa dengan aspek daya  tahan tubuh , yang terkait dengan kondisi biologis seseorang . Pada sebuah penelitian ditemukan bahwa orang-orang dengan skor religius tinggi, akan memiliki kadar CD-4 yang  juga tinggi. Hal ini menggambarkan tingginya daya tahan tubuh.

Serangkaian bukti-bukti lain juga menunjukkan bahwa agama tidak dapat dipandang sebelah mata dalam proses penyembuhan pasien . Pasien dengan tingkat religius tinggi akan rendah nilai depresinya. 

Peran do’a terhadap penyembuhan pasca operasi prostat juga telah di teliti yang mendapatkan hasil bahwa peningkatan pemahaman agama dan do’a dapat membantu menekan intensitas depresi pada pasien.
Terhadap kesehatan jantung, beberapa pendapat dan hasil penelitian mendapatkan bukti bahwa pasien dengan komitmen agama tinggi yang mengalami transplantasi jantung yang di amati selama satu tahun menunjukkan kemampuan bertahan yang lebih tinggi dibanding dengan mereka yang tidak memiliki komitmen agama.  Penelitian yang dilakukan tahun 2006 mendapat bukti bahwa komitmen agama yang tinggi akan dapat mencegah terjadinya serangan penyakit  jantung koroner.

Dengan berbagai hasil temuan tersebut, ketahanan sistem imun dapat ditingkatkan salah satunya dengan komitmen agama yang  tinggi. Daya tahan mental  juga akan lebih baik karena dengan agama orang  akan memiliki positive thinking , kontrol diri dan penghargaan diri yang baik dan merasa menjalani hidup dengan penuh makna.

Indahnya pelajaran/pendidikan agama di sekolah bila selain mengajarkan aturan-aturan agama secara umum, juga menyadarkan fungsi menunaikan ibadah dapat menjadi pendukung dan terapi kesehatan.  Hal itu sebagai salah satu cara untuk meningkatkan keefekftivan terapi kejiwaan dan memperluas upaya penyembuhan. Kemampuan terapi agama untuk proses penyembuhan penyakit dapat di tingkatkan dengan menambah tingkat keimanan pasien. Mari kita menjalankan agama dengan baik dan benar, insya-Allah pahala akherat menanti, kesehatan dan ketentraman hidup di dunia didapat.